Memahami Kehendak Allah melalui Markus 10:38: Implikasi bagi Formasi Spiritual

Ratri Kusuma Wijaya, Samuel Sianto

Abstract


This article examines the theological significance of Mark 10:38 in understanding God's will and its implications for spiritual formation. Through exegetical-theological analysis, this study explores how Jesus' metaphor of the cup and baptism reveals divine attributes, particularly God's sovereignty, wisdom, and redemptive purpose in suffering. The research employs a descriptive-analytical method with a hermeneutical approach, integrating biblical exegesis with practical theology perspectives. The findings demonstrate that Mark 10:38 presents a paradoxical theology where divine will manifests through participatory suffering, challenging contemporary spiritual formation paradigms that often emphasize triumphalistic spirituality. The study identifies three critical dimensions: the christological foundation of suffering as divine calling, the ecclesiological significance of communal participation in Christ's passion, and the pedagogical function of suffering in character transformation. This research contributes to Indonesian practical theology by proposing a holistic framework for spiritual formation that integrates suffering as a formative element rather than an obstacle to spiritual growth. The implications suggest that authentic Christian formation requires embracing the tension between human limitations and divine sovereignty, ultimately fostering a spirituality of humble submission and transformative resilience.

 

Abstrak

Artikel ini mengkaji signifikansi teologis Markus 10:38 dalam memahami kehendak Allah dan implikasinya bagi formasi spiritual. Melalui analisis eksegetis-teologis, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana metafora cawan dan baptisan yang digunakan Yesus mengungkapkan atribut ilahi, khususnya kedaulatan, hikmat, dan tujuan redemptif Allah dalam penderitaan. Penelitian menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan hermeneutis, mengintegrasikan eksegesis biblika dengan perspektif teologi praktis. Temuan menunjukkan bahwa Markus 10:38 menyajikan teologi paradoksal di mana kehendak ilahi termanifestasi melalui penderitaan partisipatif, menantang paradigma formasi spiritual kontemporer yang sering menekankan spiritualitas triumfalistik. Studi mengidentifikasi tiga dimensi kritis: fondasi kristologis penderitaan sebagai panggilan ilahi, signifikansi eklesiologis partisipasi komunal dalam sengsara Kristus, dan fungsi pedagogis penderitaan dalam transformasi karakter. Penelitian ini berkontribusi pada teologi praktis Indonesia dengan mengusulkan kerangka holistik formasi spiritual yang mengintegrasikan penderitaan sebagai elemen formatif, bukan hambatan pertumbuhan rohani. Implikasinya menunjukkan bahwa formasi Kristen autentik memerlukan penerimaan ketegangan antara keterbatasan manusia dan kedaulatan ilahi, yang pada akhirnya memupuk spiritualitas penyerahan rendah hati dan ketahanan transformatif.

 


Keywords


God's will, Mark 10:38, spiritual formation, theology of suffering, divine sovereignty, Christian discipleship, kehendak Allah, Markus 10:38, formasi spiritual, teologi penderitaan, kedaulatan ilahi, pemuridan Kristen

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2025 RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika

Copyright © RHEMA, 2018-2020. All Rights Reserved.